
PENERAPAN MODEL SPEAKING TEAM DALAM PEMBELAJARAN PIDATO
PENERAPAN MODEL SPEAKING TEAM
DALAM PEMBELAJARAN PIDATO
oleh
Tri
Lestari, S.Pd.
Abstrak
Keberhasilan proses pembelajaran
tidak terlepas dari kemampuan guru
mengembangkan model pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk
belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal. Model
speaking team merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga
siswa dapat menggunakan potensi, pikiran, dan nuraninya untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan memiliki
keterampilan berbicara, yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran khususnya
pidato.
Kata
kunci: pembelajaran pidato, model, speaking team
Pendahuluan
Pendidikan
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat di era global, harus dapat memberi
dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual,
sosial, dan personal. Pendidikan harus menumbuhkan berbagai kompetensi peserta
didik. Keterampilan intelektual, sosial, dan personal dibangun dengan
berlandaskan pada logika, inspirasi, kreativitas, moral dan spiritual. Sekolah
sebagai pendidikan yang merupakan bagian dari masyarakat, perlu mengembangkan pembelajaran
yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan era global. Salah satu upaya yang
dapat dikembangkan oleh sekolah adalah mencetak tenaga pendidik yang penuh
inovasi dalam mengembangkan pembelajaran.
Pendidik
dituntut mengembangkan pembelajaran dengan keahlian, pengetahuan dan
mengeksplorasi hal-hal baru agar menghasilkan strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran tersebut yang nantinya akan dijadikan acuan bagi pendidik agar
dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan tersebut, tidak terlepas dari
kemampuan guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran. Model pembelajaran
tersebut, hendaknya dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik secara
efektif dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat
pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat
membantu peserta didik agar dapat belajar secara aktif dan menyenangkan,
sehingga peserta didik dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal
(Aunurrahman, 2009: 140).
Untuk
dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif, maka setiap guru harus
memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara
mengimplementasikan model-model tersebut dalam pembelajaran. Model pembelajaran
yang efektif, memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap
perkembangan dan kondisi peserta didik di kelas. Demikian juga pentingnya
pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi
kelas serta beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa
pemahaman tersebut, model pembelajaran yang dikembangkan guru cenderung tidak
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik secara optimal. Pada akhirnya tidak
dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil belajar peserta
didik.
Oleh
karena itu, hendaknya guru dapat memilih model pembelajaran yang dapat membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuannya. Seperti dalam mengembangkan
keterampilan siswa untuk berbicara yang merupakan salah satu aspek dalam
keterampilan berbahasa. Model speaking
team merupakan salah satu model dalam pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik agar aktif dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbicara. Model pembelajaran ini, dapat diimplementasikan
dalam pembelajaran pidato yang mengharuskan peserta didik aktif berbicara. Model
speaking team ini, diharapkan dapat membantu peserta didik agar tetap merasa
percaya diri jika suatu saat nanti mereka tampil di depan umum. Selain itu,
model speking team yang diterapkan dalam pembelajaran pidato, dapat membantu
peran peserta didik untuk menghasilkan pembelajaran yang aktif dan efektif
sehingga dapat menghidupkan suasana kelas melalui pidato dan diskusi yang
dilakukan peserta didik. Mengingat pentingnya pengembangan model pembelajaran,
maka pembahasan ini diharapkan dapat membantu dalam memunculkan inovasi-inovasi
baru yang dapat meningkatkan mutu pendidikan. Konsep penerapan model speaking team dalam pembelajaran pidato
ini adalah dengan memanfaatkan berbagai buku acuan yang dijadikan referensi.
Hakikat Pembelajaran Pidato
Pidato
merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara, sedangkan keterampilan
berbicara merupakan bagian dari tanggung jawab secara profesional untuk mengajar,
mendidik, melatih peserta didik agar dapat berpidato. Pidato adalah berbicara
di depan umum atau di depan massa, dan lawan berbicara dalam pidato lebih dari
satu orang. Pidato yang biasa disebut dengan istilah retorika berasal dari
bahasa Yunani “rhetor”, sedang dalam bahasa Inggris disebut “orator” yang
mempunyai arti orang yang terampil dan tangkas berbicara. (Suharyanti, 2011:
47).
Pidato
adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau bisa dikatakan sebagai
public speaking. Pidato adalah pengungkapan kata-kata yang ditujukan kepada
orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak,
dengan maksud agar pendengar dari pidato tadi dapat mengetahui, memahami,
menerima serta diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan
terhadap mereka (Rumpoko, 2012: 11). Fidhiah (1996: 17) mengatakan bahwa, pidato
merupakan kegiatan seseorang yang dilakukan dihadapan orang banyak dengan
mengandalkan kemampuan bahasa sebagai alatnya.
Sebagaimana
telah dijelaskan di atas mengenai pengertian pidato, bahwa pidato merupakan
kegiatan yang mengharuskan seseorang untuk menguasai keterampilan berbicara
agar apa yang disampaikan dapat diterima oleh pendengar. Ada berbagai macam
jenis pidato, sehingga dengan demikian dapat diklasifikasikan berdasarkan ada
tidaknya persiapan dalam pidato dan tujuan dari pidato tersebut. Berdasarkan
ada tidaknya persiapan, sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan,
dapat dikemukakan empat macam pidato: 1) Impromtu, merupakan pidato yang
dilakukan secara spontan. 2) Manuskrip, yaitu pidato dengan naskah. Juru pidato
membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. 3) Memoriter adalah jenis
pidato dengan menulis pesan pidato kemudian
diingat kata demi kata. 4) Ekstempore adalah jenis pidato yang paling
baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan
sebelumnya berupa garis besar dan pokok-pokok penunjang pembahasan.
Berdasarkan
tujuannya, pidato dibedakan menjadi tiga: 1) Pidato informatif
(memberitahukan), pidato yang ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar.
2) Pidato persuasif (mempengaruhi), ditujukan agar orang mempercayai sesuatu,
melakukannya atau terbakar semangat dan antusiasmenya. 3) Pidato rekreatif
(menghibur), merupakan pidato paling sukar dan paling cepat diketahui hasilnya
yaitu untuk menghibur. Perhatian, kesenangan, dan humor adalah reaksi pendengar
yang diharapkan (Rakhmat, 2011: 17-24). Pembelajaran pidato merupakan salah
satu bagian dari keterampilan berbicara yang dapat melatih peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan berbicaranya. Melalui pidato guru dapat mengetahui
kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbicara, sehingga dapat dengan
mudah dalam memberikan pengajaran. Pengajaran tersebut yang kelak dapat
mengarahkan peserta didik dalam mengasah dan mengembangkan kemampuan mereka
masing-masing.
Hakikat Model Speaking
Team
Model
pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Model pembelajaran juga bisa dimaknai sebagai perangkat rencana
atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran
serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain
yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran (Aunurrahman, 2009: 146). Model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan
dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2011:
45-46).
Aktivitas
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru harus bermuara pada
terjadinya proses belajar peserta didik. Model-model pembelajaran yang dipilih
dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong peserta didik untuk belajar
dengan mendayagunakan potensi yang
mereka miliki secara optimal. Belajar yang diharapkan bukan sekedar mendengar
dan memperoleh informasi yang disampaikan guru. Belajar harus menyentuh
kepentingan peserta didik secara mendasar. Belajar harus dimaknai sebagai
kegiatan dalam menggunakan potensi, pikiran, dan nuraninya baik terstruktur
maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan
memiliki keterampilan tertentu. Model-model pembelajaran dikembangkan utamanya
beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik
kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara
individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga seharusnya
tidak terpaku pada hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi
(Aunurrahman, 2009: 141).
Ada
sejumlah pandangan atau pendapat berkenaan dengan model pembelajaran yang perlu
kita kaji untuk memperluas pemahaman dan wawasan kita sehingga kita dapat menentukan
salah satu atau beberapa model pembelajaran yang tepat. Beberapa model
pembelajaran tersebut antara lain: 1) Model STAD (Student Teams Achievement Division), pembelajaran model STAD
dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkin USA. Secara umum
model pembelajaran ini yaitu dengan membagi siswa 1 kelas menjadi beberapa
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang. Anggota tersebut
semuanya memiliki perbedaan kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.
2) Model Jigsaw, dikembangkan oleh
Elliot Aronson dari Universitas Texas USA. Pendekatan ini bisa digunakan dalam
beberapa mata pelajaran, seperti IPA, IPS, matematika, agama, dan bahasa. 3)
Model GI (Group Investigation),
pembentukan kelompok dalam model ini didasari atas minat anggotanya.
Pembelajaran ini menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi (Wena, 2011:
192-196).
Berdasarkan
penjabaran di atas mengenai model-model pembelajaran, ada satu model
pembelajaran yang dinamakan speaking team.
Model speaking team adalah salah satu
model pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan berbicara peserta
didik agar dapat menghasilkan pembelajaran yang aktif. Model speaking team merupakan model
pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran kooperatif, yaitu konsep
pembelajaran yang mengarah pada kerja kelompok. Model ini lebih mengarahkan
peserta didik untuk saling bekerjasama, berdiskusi, dan saling berinteraksi
untuk mengeluarkan segala pendapat dan pengetahuan yang mereka miliki. Fungsi
dari model speaking team ini adalah
mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan keerampilan berbicara mereka
dengan menerapkan pembelajaran yang mengarah pada keterampilan berbicara.
Selain itu, model speaking team juga
bertujuan untuk melatih peserta didik berinteraksi dengan peserta didik lain
dan saling bekerjasama untuk melatih rasa percaya diri mereka dengan kemampuan
yang mereka miliki masing-masing. Keterampilan tersebut yang kelak akan membantu
mereka, sehingga dapat berinteraksi dan menyesuaikan diri dimanapun mereka
berada.
Model
speaking team lebih mengarah pada
pendekatan student centered, peserta
didik berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru lebih menjadi
fasilitator yang bertugas mengarahkan peserta didik. Keunggulan dari model
speaking team ini antara lain: 1) Peserta didik benar-benar aktif dan mau
berusaha untuk mengoptimalkan kemampuan mereka, khususnya dalam keterampilan
berbicara. 2) Model speaking team
dapat melatih siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu materi atau topik
dengan suasana yang menyenangkan.n3)nDapat mengoptimalkan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4) Siswa dapat berbagi pengetahuan dengan
sesama siswa dan melatih gotong-royong untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. 5) Melatih siswa untuk bertanggung jawab
dengan peran dan belajarnya. 6) Meningkatkan rasa percaya diri serta bersikap
baik terhadap guru.
Penerapan Model Speaking
Team dalam Pembelajaran Pidato
Penerapan
model speaking team di kelas adalah
sebagai berikut: 1) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. 2) Tiap kelompok
siswa terdiri atas 4-5 orang yang memiliki perbedaan kemampuan baik laki-laki
atau pun perempuan. 3) Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan. 4) Tiap kelompok didorong untuk mempelajari
bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.
5) Selama proses pembelajaran secara
kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. 6) Guru mengamati dan
memberi penilaian berdasarkan kelompok dan tiap-tiap individu. 7) Bagi siswa
dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang baik diberi
penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar
yang baik, maka semua kelompok tersebut wajib diberi penghargaan. Bagi kelompok
yang mendapatkan hasil kurang baik, perlu diberikan semangat.
Langkah-langkah
dari model speaking team adalah: 1)
Guru memilih materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian. 2)
Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik
yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru menuliskan topik
yang telah ditetapkan dan menanyakan kepada siswa menyangkut pengetahuannya
terhadap topik tersebut. 3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 4)
Siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelompok untuk membahas materi yang
diberikan. 5) Setiap kelompok memiliki ketua yang bertugas mengatur jalannya
diskusi dan membagi anggotanya sesuai dengan kemampuan untuk kegiatan
selanjutnya. 6) perwakilan dari kelompok yag telah dipilih, menampilkan hasil
kerja kelompok mereka. 7) Kelompok lain memberikan penilaian kepada kelompok
yang tampil dan berhak mengajukan pertanyaan atau pendapatnya. 8) Selama
kegiatan itu, guru mendapat kesempatan untuk memberikan penialaian pada
kelompok dan individu. 9) Guru memberikan kesempatan bagi kelompok dan individu
yang nilainya kurang untuk memperbaikinya.
Penjelasan
di atas jika diimplementasikannpadanpembelajaran pidato
adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal: 1) Guru masuk kelas dan
mengucapkan salam, berdoa, dan presensi. Setelah itu guru memberikan apersepsi
kepada siswa agar semangat dalam kegiata pembelajaran, dengan hal-hal yang bisa
menumbuhkan semangat dan motivasi siswa. Kegiatan Inti: 1) Guru menyampaikan
topik yang akan dibahas pada hari ini yaitu mengenai pidato. Dari topik
tersebut guru memberikan sedikit ulasan mengenai materi pidato agar siswa
memiliki gambaran. Hal itu dimaksudkan agar siswa merasa terangsang dan dapat
menggunakan pengetahuannya serta dapat melatih keaktivan siswa. 2) Guru membagi
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang. Kemudian guru
memberikan materi mengenai pidato dan masing-masing kelompok diberi tema untuk
membuat pidato yang berbeda-beda. Tiap kelompok memiliki ketua dan anggota yang
telah dibagi berdasarkan kemampuan merek masing-masing. 3) Guru memberi
kesempatan pada setiap kelompok untuk berdiskusi. Setelah itu, perwakilan dari
tiap kelompok maju untuk berpidato sesuai dengan tema yang telah diberikan.
Dari penampilan kelompok yang maju, kelompok lain berhak mengajukan pertanyaan
dan pendapatnya. Untuk kelompok yang anggotanya tampil, diberi kesempatan untuk
menjawab atau menyanggah dari pendapat kelompok lain. Guru hanya menjadi
fasilitator dan mengarahkan serta memantau jalannya kegiatan tersebut. Namun,
tidak menutup kemungkinan guru untuk mengajukan pertanyaan jika masih ada hal
yang belum jelas. Dari kegiatan ini guru bisa memberikan penilaian pada
masing-masing kelompok dan individu. 4) Setelah semua kelompok tampil, ketua
melaporkan hasil diskusi dan tugas kepada guru.
Kegiatan
Akhir: 1) Guru memberikan evaluasi dari hasil penampilan nmasing-masing kelompok. Bagi kelompok yang penampilannya
baik diberi penghargaan dan bagi yang kurang diberi motivasi dan kesempatan
untuk menampilkan yang lebih baik lagi. 2) Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan salam.
Simpulan
Kegiatan
pembelajaran harus bermuara pada pemahaman peserta didik. Guru sebagai fasilitator harus bisa memberikan fasilitas yang
mendukung peserta didik dalam belajar, tidak terkecuali dengan model
pembelajaran yang digunakannya. Model pembelajaran speaking team adalah salah
satu model pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan berbicara
peserta didik agar dapat menghasilkan pembelajaran yang aktif. Melalui model
pembelajran speaking team,
pembelajaran dapat mencapai tujuan yaitu untuk melatih keterampilan berbicara
peserta didik dengannditerapkannpadanpembelajaran
pidato.
Daftar Pustaka
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Fidhiah, Isa. 1996. Contoh MC dan Pidato Lengkap Praktis.
Surabaya: Amanah.
Rakhmat, Jalaluddin.
2011. Retorika Modern: Pendekatan Praktis.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rumpoko, Hadi. 2012. Panduan Pidato Luar Biasa. Yogyakarta:
Megabooks.
Suharyanti. 2011. Pengantar Dasar Keterampilan Berbicara.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajarann Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional.
Jakarta: Bumi Aksara.