
KARAKTER GOTONG ROYONG MEMBUDAYA DENGAN TPS
KARAKTER
GOTONG ROYONG MEMBUDAYA DENGAN TPS
Wulan Dwi Aryani,
M.Pd
Guru IPS SMP
Negeri 1 Kandeman-Batang
085641620756
Pendidikan
karakter lahir tidak lepas dari fenomena dekadensi moral yang terjadi dalam
pendidikan nasional dan kehidupan
masyarakat pada umumnya.Pentingnya penanaman karakter bangsa sebagai
sebuah gerakan nasional telah dimulai dengan lounching pendidikan karakter sejak tahun 2010 oleh Kementerian
Pendidikan Nasional. Tindak lanjut dari program tersebut, pemerintah menetapkan
kurikulum baru yang sarat muatan karakter, yakni
kurikulum 2013.
IPS sarat dengan materi berupa fakta
dan konsep serta peserta didik dituntut untuk memahaminya, pembelajaran IPS
yang membosankan, peserta didik kurang antusias pada saat guru menyajikan
materi karena metode yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan kebiasaan
lama yang monoton, dan terkesan tesk book
oriented. Karakter gotong royong peserta didik juga rendah, hal ini telihat
ketika diskusi kelas berlangsung sebagian kecil peserta didik saja yang menyelesaikan
kerja kelompok dan biasanya peserta didik yang aktif, sedang sebagian besar
yang lain hanya duduk diam menunggu, diskusi hanya di laksanakan beberapa
peserta didik sedangkan yang lain hanya diam dan mengandalkan temannya yang
pintar saja Di sini terlihat tidak adanya keinginan bergotong royong untuk
menyelesaikan tugas.
Untuk meningkatkan karakter gotong royong, guru
menggunakan model TPS, Think-Pair-Share
atau
berpikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Adapun sintak pembelajaran
TPS adalah sebagai berikut: tahap
mengajukan permasalahan thinking (berpikir)
di awali dengan guru menampilkan gambar perubahan sosial budaya berupa gambar
perubahan transportasi, teknologi, komunikasi, mode pakaian, mode rambut,
peserta didik mengamati gambar tersebut. Kegiatan dilanjutkan dengan guru
memandu literasi peserta didik dengan membaca materi perubahan sosial budaya.
Tahap
mengorganisasikan peserta didik dalam tim belajar pairing (berpasangan) dilaksanakan guru dengan membagi peserta
didik secara heterogen berdasarkan hasil penilaian harian materi sebelumnya dan
dibagi dalam delapan kelompok, dengan kategori tinggi, sedang dan rendah dan
setiap kelompok terdiri atas empat peserta didik. Kegiatan dilanjutkan dengan
guru membagi kartu soal yang harus diselesaikan atau dijawab oleh setiap
peserta didik dalam kelompok sesuai tipe soal (A,B,C,D) dengan waktu lima belas
menit untuk menampilkan kegiatan berpikir “
think”, selama diskusi berlangsung peserta didik sangat antusias mencari
jawaban sesuai tipe soal yang diperolehnya, setelah berpikir peserta didik
mendiskusikan jawaban kartu soal yang diperolehnya dengan pasangan tim belajarnya
supaya memunculkan kegiatan berpasangan “phare”, dalam kegiatan berpasangan akan
terlihat karakter gotongroyong, bagaimana peserta didik mampu menyelesaikan
tugasnya secara bergotongroyong dengan pasanganya.
Tahap
berbagi dengan seluruh peserta didik “sharing”
di awali dengan guru memberikan perhatian secara merata kepada semua tim
belajar, pada kegiatan diskusi masih banyak terlihat peserta didik yang belum
memahami kartu soal yang diterimanya. Pada saat peserta didik dalam tim belajar
merasa kesulitan, maka guru menciptakan komunikasi efektif sehingga peserta
didik mampu memahami permasalahan yang terdapat pada kartu soal yang
diterimanya. Pembelajaran dilanjutkan dengan guru memandu kegiatan presentasi
hasil kerja tim oleh tim belajar yang mampu menyelesaikan kartu soal paling
awal. Tim belajar yang melaksanakan presentasi menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya sesuai tipe kartu soal yang diperolehnya,kemudian kelompok lain
menanggapi presentasi sesuai dengan tipe kartu soal yang dimilikinya sehingga
terjadi komunikasi efektif antar tim belajar.
Guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat menggunakan model
pembelajaran variatif dan efektif sehingga mampu menumbuhkembangkan karakter
peserta didik. Implementasi TPS mampu meningkatkan secara optimal karakter
gotongroyong peserta didik terutama dalam menyelesaikan tugas dalam tim belajar.
Editor : Suhirman